Tanggal 22 September 2017.
Ke Okinawa kali memang seperti sedang melakukan pertukaran
pelajar gitu. Hahahha. Kosuke, si Jepang yang aku kenal saat ngetrip ke Taiwan akhir tahun 2016 lalu,
beberapa kali mengundangku ke Okinawa setelah dia sendiri sudah pernah ke
Jakarta. Kebetulan, pertengahan September 2017, aku ada trip ke Hongkong, tidak
ada salahnya, dari Hongkong aku terbang ke Okinawa yang butuh 2 jam 10 menit
perjalanan. Harga tiket sekitar Rp 2.500.000,- ( pp ) dengan menggunakan
Hongkong Airlines.
|
Nago Beach |
Okinawa terletak di paling bawah dari Jepang. Laut China
Timur menjadi pemandangan kesehariannya. Okinawa sendiri punya banyak pulau-
pulau kecil. Salah satu pulau terluarnya, bahkan bisa melihat Taiwan. Ngetrip
ke Okinawa tidak terlepas dari wisata pantai dan air. Karena banyak pulau-
pulau itu, aku rasa, kamu yang memang pecinta alam dan air, suka pantai dan
semacamnya, ada baiknya kamu habiskan minimal 7 hari deh. Itupun, masih kurang
puas.
Terbang dari mana pun, kamu akan mendarat di Naha
International Airport di kota Naha, yang menjadi kota terbesar Okinawa. Bandara
yang menjadi pintu masuk buat kamu untuk menikmati alam indah Okinawa ini tidak
terlalu besar. Walaupun begitu, cukup ribet. Dari antrian imigrasi yang panjang
karena ada proses perekaman foto diri kamu dan paspor, kemudian antri lagi
untuk imigrasi. Tahun 2016 lalu, pas ke Japan Mainland, tidak ada foto diri dan
paspor seperti itu, tapi aku masuk melalui Nagoya, entahlah sekarang atau dari
kota lainnya. Bea cukainya juga ketat. Aku masuk pakai visa Waiver.
|
Jembatan nyebrang ke Kouri Beach. |
Dari bandara ke kota Naha-nya, kamu bisa naik bus ataupun
monorail. Yups, untuk Naha, termasuk kota modern yang cukup maju. Sistem
transportasi termasuk bagus walaupun periode kedatangan bus dan kereta monorail
agak lama. Karena aku dijemput Kosuke, jadi aku tidak ada pengalaman naik
transportasi umum ke kota Naha-nya. Monorail sendiri hanya ada 1 line. Ada 15
stop dimulai dari airport sampai ke Shuri castle. Tapi, saat terbang kembali ke
Hongkong, dari hostel aku naik monorail ke airport. Cuma waktu 15 menit untuk
bisa sampai bandara, yang buat lama, karena aku berangkat pagi jam 8- an, aku
harus rela beberapa kali tidak naik kereta karena padatnya orang lokal
berangkat kerja.
|
Taman, dekat Nago Beach. |
Setelah dijemput Kosuke, aku langsung dibawa ke Nago, kota
tempat dia tinggal dan menjadi kota terbesar kedua dari Okinawa. Dari Naha ke
Nago itu butuh perjalanan 1,5 jam kalau lancar dan lewat jalan tol. Buat kamu
yang mau ngetrip ke Okinawa, butuh diperhatikan, di Naha memang sistem
transportasi sudah bagus, tapi tidak untuk ke kota lainnya. Monorail hanya ada
di Naha, bus antar kota itu bisa 1 jam sekali, bahkan pengalamanku di Nago,
hanya sekali saja melihat bus.
|
Kouri Beach |
Jadi, di Nago, penduduk lokalnya rata- rata punya mobil,
entah itu mobil pribadi ataupun sewa. Kalau tidak, ya motor. Sedangkan untuk
turis, yang ingin sampai ke Nago, harus sewa mobil sendiri. Itupun buat turis
yang ingin explore Nago, kebanyakan sih datangnya ke Nago pakai travel, karena
biasanya hanya mengunjungi Okinawa Aquarium saja.
|
Untuk bisa makan disini, harus sabar berdiri, antri berjam- jam... |
Nago itu sepi banget. Hostel aku menginap saja, hanya ada 2
orang. Menurut pemilik hostelnya, aku orang pertama Indonesia yang menginap di
tempat dia, ntah dia tidak ingat atau memang begitu adanya. Dibanding dengan
Naha, jalanan lebih sepi. Untuk urusan makan sih gampang, banyak restoran enak
yang bertebaran dimana- mana. Aeon Mall sepertinya menjadi satu- satunya mall
keren disana.
Selama aku di Okinawa, cuacanya panas banget, hawanya panas,
udara yang berhembus juga terasa panas. Padahal di Japan mainland lainnya sudah
mulai memasukin musim gugur. Suhu sekitar 31 derajat, tapi panasnya bisa terasa
35-an gitu. Ya, namanya juga pulau kecil yang dikelilingi laut, yang ada hanya
pantai, pantai dan pantai.
|
Nago view |
Begitupun, walau hanya pulau kecil, Okinawa tergolong maju
dalam hal pembangunan. Infrakstuktur yang bagus. Dari Naha sampai ke Nago, termasuk
di Ginowan, Chatan sampai ke Khin. Berikut juga banyak disediakan taman buat
bersantai dan berkumpul bersama keluarga. Oh ya, jika kamu mau sewa taman buat
party, boleh saja. Kabarnya 2.000 Yen untuk sepetak bisa pakai seharian.
|
Acara keluarga di Nago Park. |
Senangnya jalan- jalan ke Jepang, termasuk Okinawa, orangnya
disiplin banget, jaga kebersihan, bersih dimana- mana, ramah dan teratur.
Teringat malam itu, aku diajak Kosuke bersama beberapa teman dia lainnya untuk
menonton Festival Traditional Dance yang diadakan sekali setahun itu. Yang
hadir ke acara itu, mungkin bisa sebagian besar orang Nago, kata Kosuke, orang
dari luar kota juga datang nonton. Yang mau aku ceritakan disini adalah, begitu
acara itu kelar dan bubar, tidak ada satu pun sampah yang tersisa. Mereka masing-
masing bawa kantongan plastik untuk menyimpan sampah bekas makan dan minum.
|
Traditional Dance Festival. |
Yang aku suka dari Okinawa, mau makan dimanapun, pasti
disediakan air minum gratis, ada juga yang sediakan ocha. Hemat dong. Nah, aku
kan bawa botol minum, bisa isi lagi. Untuk biaya makan, aku merasa di Nago
lebih murah dibanding dari Naha. Tapi, secara umum, Okinawa, biaya hidupnya
lebih murah dibanding dengan Japan mainland lainnya.
Kalau mau ke Okinawa, pilih-lah bulan yang tepat. Jangan
sampai keliru menentukan bulan, pas bulannya hujan lebat dan badai kan berabe. Tidak
ada salju yang berarti, cenderung tidak ada. Adapun, itu diatas gunung dan
hanya sedikit.
|
Kosuke and friends... |
Tidak banyak yang bisa dilakukan di Nago. Setelah hari
pertama, aku hanya punya waktu malam hari saja, itupun dipakai buat makan malam
kemudian ke penginapan. Hari kedua, setelah sarapan, Kosuke bawa aku ke Nago
Beach, dekat dengan taman Nago, dekat dengan lapangan Baseball, tempat
terciptanya pemain baseball terkenal di dunia. Pantainya tidak terlalu ramai.
Ya itu, bukan season-nya.
Untuk pantainya sih okey- lah. Bersih dengan pasir putih
yang lembut. Tidak ada sampah yang bertebaran. Buat aku, terkesan sih. Di semua
pantai di Okinawa selalu ada jaring yang membatasi para penikmat pantai untuk
berenang. Tujuannya untuk mencegah ikan beracun yang bisa membahayakan. Satu
lagi, pasti ada 1 orang yang memantau pantai, semacam Baywatch gitu. Walaupun
hanya 1 orang saja yang main di pantai.
|
Nago Beach. |
Dari Nago Beach, kami lanjut ke Kouri Island. Di sini lebih
ramai. Ramai karena turis. Ngomongin tentang turis Okinawa, kebanyakan dari
Taiwan. Hanya 1 jam penerbangan saja. Selanjutnya, Hongkong, China baru Korea
Selatan dan Thailand. Sepertinya begitu, menurutku. Sesuai dengan pendengaranku
terhadap Bahasa yang dipakai. Kalau bule, ada juga, tapi tidak banyak.
|
Kouri Beach. |
Di Kouri Beach, sama seperti di pantai lainnya, ya berjemur,
berenang dan bermain. Salutnya, walaupun panasnya parah, banyak orangtua yang
mengajak serta anaknya. Oh ya, kalau kamu ingin watersport juga bisa. Harganya
tidak tahu. Kami disana sekitar 1 jam. Termasuk menikmati pemandangan alamnya
dari atas jembatan.
|
Kouri Beach |
Setelah dari Kouri Beach, kami bersantai di café di daerah
yang agak tinggi, jauh dari pantai. Aku tidak tahu pula nama café-nya. Nah,
dulunya, Haruka, pernah kerja disini. Hasilnya, tempatnya kece, duduk dibagian
teras itu sangat menyenangkan. Angin sepoi dengan pemandangan laut lepas tanpa
ada apapun yang membatasi sudut pandangmu. Disini, kami banyak ngobrol tentang
traveling dan banyak hal. Haruka, cewe Jepang yang punya hobi luar biasa,
mencium wewangian dari kayu, terutama yang suda diolah, seperti dupa/hio.
Katanya, batinnya sangat tenang jika menghirup wewangian itu.
|
Nago View |
Aku juga dibawa menikmati alam dari perkebunan teh. Dari
sana, kamu bisa melihat beberapa pulau terdekatnya. Kami tidak terlalu lama
disana. Karena kudu segera kembali ke taman kota untuk menikmati Traditional
Dance Festival.
Total 4 hari aku ada di Nago. Aku dibawa Kosuke keliling
sampai ke Kin, ada markas tentara Amerika. Ya, ngomongin tentang Amerika, kamu
bisa google deh, sejarah Okinawa sampai ada American yang menetap di Okinawa.
Makan siang di restoran yang katanya paling ramai di Kin. Kemudian, memang
menjadi hari yang beruntung, hari itu, menjadi hari dimana, markas tentara
Amerika dibuka untuk umum. Jadi, ceritanya, sebulan hanya 2 kali. Awalnya
sempat bingung, apa sih yang dilihat? Museum? Tentaranya? Sejarahnya?
|
Antrian masuk ke mall didalam markas Amerika. |
Eh buset, begitu sampai di dalam. Mall… Yups, pada berebut
masuk ke mall pakai antri pula. Katanya, harganya cukup murah dibanding dengan
mall lainnya. Selain American, kalau mau masuk ke super market yang ada di
dalam mall wajib antri. Rasanya tidak adil ya?
|
Komplek markas Amerika. |
Kemudian, aku dibawa sampai ke Chatan juga, American
Village, yang terletak di tengah Okinawa. Aku diajak makan eskrim Blue Seal.
Restoran ini menjadi paling terkenal se- Okinawa. Dimana- mana ada. Sudah ada
di Okinawa, rasanya kurang sreg kalau tidak mampir ke Okinawa Aquarium yang
dulunya pernah menjadi yang terbesar didunia sebelum dikalahkan Singapore.
Buru- buru dari Okinawa Aquarium, kami ke pulau seberang
untuk menikmati sunset sebelum akhirnya makan malam dan pulang ke hostel.
Walaupun, tidak mendapatkan sunset yang sempurna, tapi, alam yang disajikan
benar- benar indah dan menyenangkan menutup hidupku hari itu. Terima kasih Kosuke..
|
Okinawa Aquarium.. |
With Love,
@ranselahok
---Semoga semua mahluk hidup berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment