Tanggung Jawab Pemerintah Sediakan AIR MINUM Layak Dikonsumsi

Hidup dan besar dikampung menjadi bagian masa lalu saya yang tidak akan pernah saya lupakan. Sejak lahir, tumbuh besar hingga tamat sekolah dasar, saya melalui hidup yang luar biasa. Menjadikannya sebagai pengalaman hidup terindah yang hanya menjadi kenangan. Jauh dari kota besar, kampung saya, terletak dikecamatan Panai Hilir, Sungai Berombang, sebuah kampung dimana hasil laut menjadi sumber mata pencaharian utama kampung saya.  Tenang , nyaman,  udara yang bersih tanpa polusi, kerukunan bertetangga, arti kekeluargaan yang masih erat, walaupun cuaca yang lumayan panas berhubung hidup didekat laut.

Hidup dikampung tentu berbeda dengan hidup dikota. Apalagi yang dibandingkan pada masa 25 tahun yang lalu, antara kehidupan dikedua tempat tersebut. Segala hasil laut yang segar menjadi menu makanan setiap hari, sayur –mayur yang asli dari petani lokal, termasuk daging ayam dan sapi yang diternak sendiri, membuat kehidupan orang – orang dikampung jauh lebih sehat dan lebih organik. Dan itu  semua, kini menjadi kenangan.

Hanya ada satu hal yang kurang dikampung saya, walaupun dekat dengan laut, kami kekurangan air, iya disini air bersih yang saya maksud. Itupun baru sekarang ini kami sadari, bahwa sejak dulu, sejak kecil, kami tidak pernah mempunyai air bersih. Untuk volume ( ketersediaan air ) banyak bahkan berlebih, tapi bukan air bersih, bukan air jernih, bukan air yang layak dikonsumsi. Kenapa ?


Pada saat itu, ada 4 sumber air yang menyongsong kelangsungan hidup kami di kampung. Seperti yang kita ketahui bersama, air adalah sumber kehidupan, air mengambil peran penting dalam hidup, kita tidak bisa hidup tanpa air. Ketiga sumber air itu adalah : 
1Air laut / air sungai : sumber air buat mandi, termasuk buat gosok gigi dan aktifitas lainnya yang terkait. Sumber air berwarna kuning , sudah bercampur dengan lumpur. Oh ya, air laut di kampung saya berwarna kekuningan, apalagi yang dekat dengan pemukiman, seperti air sungai, sudah bercampur dengan lumpur, sampah dan ampas dari pembuangan manusia. 

     2. Air sumur : sumber air buat mandi dan memasak. Air sumur sebagaimana yang sering kita tahu, warnanya kekuningan, saya tidak tahu ditempat lain, dikampung saya, air sumur terasa sekali zat besinya. Air sumur sedikit lebih baik dibanding air laut / air sumur, terbebas dari campuran sampah maupun sisa ampas pembuangan manusia.

Untuk kedua sumber air diatas, terus terang, saya tidak pernah memakainya. Saya sangat bersyukur sekali, bukan maksud menyombongkan diri ataupun memandang remeh orang lain yang memakai kedua sumber air tersebut.

         3Air hujan : Sumber air dari air hujan. Setiap rumah, pasti ada bak besar yang digunakan untuk menampung air hujan. Air hujan itu kemudian dimanfaatkan untuk mandi dan juga untuk memasak. Bak penampung air yang ada dirumah saya sangat besar, saya masih ingat, ukurannya 4 x 5 x 8 m. Air hujan ini sebagaimana seperti air hujan yang ada, airnya dingin sekali.

4.  Air tanah ( kami sebut air pompa ) : Air yang didapatkan melalui pompa yang ditanamkan ke kedalaman berapa puluh meter kedalam tanah untuk mendapatkan air. Air jenis ini, lebih jernih dan bersih, dipakai untuk memasak dan mandi.

     Keluarga kami memakai sumber air poin 3 dan 4.  Sumber air poin 3 kami pakai untuk mandi saja, sedangkan poin 4 untuk mandi dan memasak. Saya tidak tahu bagaimana kualitas air yang ada di kampung saya, untuk keempat poin yang saya sebutkan diatas sekalipun. Tapi itulah hidup yang pernah saya jalani. Kala itu, tentu tidak menjadi perhatian utama dan tidak menjadi fokus penting, apakah air itu layak dikonsumsi atau tidak? Apakah air itu layak minum? Apakah air itu mengandung kotoran ? Apakah air itu banyak kuman, bakteri yang menjadi sumber penyakit? Mana ada yang mengerti soal itu dan parahnya tidak ada yang peduli. Karena begitulah hidup di kampung, secara turun temurun , kami sudah terbiasa.

Setelah tamat dari sekolah dasar, saya pindah sekolah ke Medan, Ibukota Sumatera Utara, yang jauh dari kampung, yang membutuhkan 1 hari perjalanan darat dan laut. Saya merasakan banyak sekali perbedaan antara di Medan dengan di kampung. Dari makanan, cuaca, lingkungan sekitar termasuk hubungan antar manusia dalam sisi sosial yang tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan di kampung. Ya begitulah, hidup dikota dan hidup di kampung.

Melanjuti hidup di Medan, juga meninggalkan satu cerita tersendiri mengenai air yang menjadi sumber kehidupan. Terlebih sejak tahun 2008, khususnya dilingkungan kami tinggal, kami ( adalah keluarga yang tinggal disana ) krisis akan air, padahal kami tinggal ditengah kota Medan yang gegap gempita, bahkan, lokasi pemukiman kami paling dekat dengan sumber mata air dari pengungungan. Tidak ada satu alasanpun yang bisa menjelaskan kenapa bisa terjadi krisis air. Iya krisis air yang kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari seperti untuk mandi ,cuci dan masak. Sumber air dari PDAM ( Perusahaan Daerah  Air Minum ) yang menjadi perusahaan pemasok air untuk warga kota Medan.


Disini, tidak ada bahasan tentang kualitas air, layak atau tidak air yang dipasok PDAM kesetiap rumah. Karena, untuk bisa mendapatkan pasokan air saja, sangat susah. Mama saya, harus bangun tengah malam atau tidak tidur untuk menunggu aliran air datang ke pemukiman kami. Jika telat, air akan habis ditampung tetangga lainnya, yang sama- sama berjuang untuk mendapatkan pasokan air untuk kebutuhan besok harinya. Air datang sehari cuma sekali, dan itu pasti, tengah malam, kadang jam 12 malam, kadang jam 1, bisa juga jam 2 ( tengah malam ). Mama bergantian dengan papa, berjuang menampung air disaat kami , anak- anaknya terlelap dalam mimpi masing- masing.

Begitupun, air yang datang, tidak serta-merta mengalir begitu saja. Jika sudah mendekati jamnya, papa ( mama ) saya harus ekstra kerja keras untuk bisa mendapatkan air yang datang masuk saluran pipa rumah kami. Mereka harus memancing ( istilah mereka ) terlebih dahulu, caranya masukan sedikit air kedalam pompa air. Penting untuk diketahui bahwa, setiap rumah harus memasang pompa air untuk menarik air, jika tidak, jangan mengharap deh.

Jika air sudah masuk ke saluran pipa, harus cepat- cepat ditampung, semaksimal mungkin, sebanyak mungkin, bak kamar mandi dipenuhi, bak cucian dipenuhi, tong- tong kosong, ember- ember dipenuhi. Sesegara mungkin dan sebanyak mungkin, karena begitu airnya berhenti mengalir, kami harus menunggu sampai besok malam lagi untuk bisa mendapatkan persediaan air. Dan berlaku seperti itu setiap hari , bertahun- tahun hingga kami memutuskan untuk pindah rumah. Setahu saya, informasi dari saudara yang masih tinggal didaerah sana, krisis air masih berlanjut. 

Kesimpulannya adalah dari kecil hingga sudah besar, sampai sekarang  masih belum pernah mengerti tentang apa itu yang dimaksud dengan air bersih? Apa yang dimaksud dengan air yang layak dikonsumsi? Kualitas air seperti apa yang dikatakan jernih, bersih , dan layak? Saya sama sekali tidak mengerti, karena untuk bisa mendapatkan air saja sudah menjadi berkah yang luar biasa.

Benar, saya kan ada sekolah, di sekolah pasti diajarin dong tentang air dan kualitas air. Bagaimana setetes air bisa dikategorikan sebagai air bersih, air jernih, air yang layak dikonsumsi? Iya, secara tegas, saya mendapatkan pengetahuan itu. Tapi untuk apa pengetahuan itu? Untuk kurikulum yang disampaikan Pemerintah melalui sekolah mengenai kualitas air bersih? Toh pada kenyataannya , rakyatnya masih jauh dari harapan itu, jauh dari apa yang Pemerintah sampaikan. Jangankan untuk menikmati air yang dikategorikan air yang berkualitas, untuk bisa mendapatkan persediaan airsaja susah.

Saya paham kok teori air yang layak dan berkualitas itu. Apalagi era internet sekarang ini, tinggal tanya saja ke Om Google, mau bertanya seberapa detail, spesifikasi kualitas air dan sebagainya. Pertanyaannya, kenyataannya seperti apa? Saya yakin, setiap manusia, setiap orang, setiap dari kita, kamu, aku, kita, dimanapun berada, yang tinggal di kota, di daerah, di kampung, di desa, di pedalaman, pasti mendambakan apa yang disebut dengan AIR BESIH DAN BERKUALITAS. Saya saja, yang hidup dikota modern, masih sangat mendambakannya, masih mencari yang namanya air yang berkualitas.  Artinya, masih belum merasakan apa yang dikategori dengan air bersih dan berkualitas. Bagaimana dengan saudara- saudara kita yang hidup didaerah , dipedalaman?

Hijrah ke Jakarta 3 tahun ini tidak membuat saya menuntut akan kualitas air bersih. Yang penting persediaan air terpenuhi dan tidak bau saja sudah cukup bagi saya. Seakan sudah menjadi biasa dan tidak ada yang spesial lagi dengan  air yang berkualitas yang seharusnya menjadi hak setiap orang. Apalagi, hidup di Ibukota Jakarta, yang katanya adalah kota yang kejam, kota yang penuh persaingan hidup, kota yang tidak ada matinya, kota yang penuh dengan manusia, kota metropolitan, kota tempat berkumpulnya segala jenis manusia dari berbagai belahan dunia sekalipun, bersaing satu dengan lainnya, demi satu, demi menyambung hidup untuk diri dan keluarga masing- masing.


Beberapa bulan pertama di Jakarta, saya sempat tinggal bersama saudara, sebelum akhirnya memutuskan untuk kos. Ceritanya juga tidak jauh berbeda, seperti apa yang kebanyakan orang bicarakan, media tulis, berita- berita yang kerap menghiasi layar kaca. Selain macet, banjir dan padatnya penduduk Jakarta, persediaan air dan kualitasnya termasuk isu yang sering dibahas.

Lain di kampung, lain juga di Medan, lain pula di Jakarta, Ibukota tercinta. Dirumah saudara, airnya sungguh tidak bersih ( ini menurut pandangan saya ). Airnya memang jernih, tapi bau zat besinya sangat terasa. Air untuk mandi, juga digunakan untuk cuci baju, alhasil, bajunya jadi kusam dan terkesan tidak bersih seperti belum dicuci, apalagi baju putih, bisa berubah warna menjadi kekuningan. Sedangkan untuk masak dan minum, saudara saya memilih untuk membeli air mineral. Pindah ke kos, tidak membuat saya terlepas dari permasalahan air. Disini, air lebih jernih dan tidak berbau, tapi sering kotor. Air yang mengalir bersama dengan kotoran kecil- kecil. Tidak ada pilihan lain, mau tidak mau, suka tidak suka, terpaksa harus memakai air yang ada untuk mandi. Bisa dibayangkan, bagaimana air yang kotor digunakan untuk bersihkan wajah, untuk bersihkan mulut dan badan . Dan masih berlaku hingga detik ini juga.

Sepanjang hidupku, sejak kecil hidup di kampung kemudian pindah ke Medan dan sekarang, saya ada di Jakarta, kota yang menjadi kebanggaan Indonesia. Dari jaman yang belum ada apa- apa hingga kini, kecanggihan teknologi dan pesatnya perkembangan internet, saya masih sama, saya masih berada dilingkaran yang namanya krisis air bersih, krisis air layak konsumsi, krisis persediaan air yang berkualitas. Dan entah akan sampai kapan? Karena itu, saya tidak paham, tidak mengerti, tidak tahu bahkan tidak pernah menikmati apa yang dinamakan air bersih. Seperti apa sih air berkualitas itu?

Dunia sudah sedemikian berubah, dunia sudah sedemikian canggih, tapi kenapa isu lingkungan hidup, isu air bersih belum juga berubah? Pemerintah boleh claim bahwa kehidupan rakyatnya sudah semakin bagus, pemerintah boleh bilang, perekonomian bangsa sudah semakin membaik, boleh bilang, kita jauh diatas negara lain, boleh bilang, kita tidak terjerumus kedalam krisis ekonomi yang melanda dunia beberapa tahun lalu. Apalagi, untuk masa pertarungan kursi Presiden ini, CAPRES menjanjikan yang terbaik buat bangsa dan negaranya, menyusun strategi dengan visi dan misi yang bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa, menjanjikan perubahan hidup, kesejahteraan hidup, dan sebagainya dengan beribu program yang dipersiapkan.

Tapi satu hal dasar, mampukah Pemerintah ( baru ) memberikan kehidupan dasar yang layak bagi warga negaranya yang membutuhkan apa yang disebut sebagai air bersih dan berkualitas sebagai sumber utama kehidupan ini. Karena, menurutku, hal sepele ini dan dianggap sepele tentang air adalah hak mendasar, hak pokok yang wajib diperhatikan oleh Pemerintah, wajib disediakan dan wajib dipenuhi oleh Pemerintah. Jadi jangan bicara soal mau sejahterakan rakyat dan sebagainya, jika tidak bisa menyediakan air bersih, berkualitas dan layak untuk dikonsumsi bagi setiap warga negara dimanapun berada.

Sisi lain, mulai bermunculan perusahaan yang berlomba - lomba dengan menggunakan kecanggihan teknologi tinggi dalam menciptakan air bersih, air yang berkualitas dan air yang layak dikonsumsi.  Salah satunya adalah Pure it – Unilever, berkomitmen menyediakan air berkualitas dan layak diminumPure It peduli akan kesehatan kita sebagai manusia, sebagaimana kesehatan adalah yang paling penting dalam kehidupan ini. Pure it menerapkan teknologi canggih 4 tahap pemurnian air yang menghasikan air yang benar- benar aman yang terbebas dari kuman , bakteri dan virus yang dikenal dengan “ Teknologi Germkill “. Untuk informasi lebih lanjut dan lebih detail tentang teknologi yang digunakan, termasuk mengapa Pure It begitu yakin bisa menjamin kesehatan orang- orang yang memakai produknya, silahkan buka website resmi PureIt http://www.pureitwater.com.


Jujur, saya belum menggunakan produk Pure It, jadi tidak bisa merekomendasikan seperti apa keunggulannya. Tapi sesuai dengan sertifikasi yang diperoleh Pure It, Environmental Protection Agency (EPA) dari Amerika Serikat dan sudah teruji diberbagai lembaga ilmu pengetahuan dan institusi kesehatan di Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Sehingga, sudah ada jaminan akan produk dari Unilever ini, Pure It yang turut mengambil bagian dalam kampanye pentingnya arti kesehatan bagi manusia.

Bagi saya, air sebagai sumber kehidupan sangatlah penting. Air sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Masih banyak dari kita yang belum menikmati apa itu sesungguhnya air bersih dan layak dikonsumsi. Masih banyak dari kita yang kekurangan air, tidak ada persediaan air bersih, tidak terpenuhi kriteria air sebagai air yang berkualitas, yang terbebas dari kuman, bakteri dan virus. Masih banyak yang belum pernah merasakan, nikmatnya setetes air yang aman buat tubuh manusia. Apakah itu untuk minum, mandi, cuci, dan sebagainya? Parahnya lagi, masih banyak dari kita yang belum mengerti, yang masih jauh pengetahuannya tentang air bersih. 

Belum lagi, pencemaran lingkungan yang semakin merajalela, termasuk pencemaran terhadap kebersihan air. Banyaknya pabrik yang limbahnya bisa mencemari kualitas air yang ada disekitarnya. Karena itu, berdasarkan berbagai alasan dan faktor yang menyebabkan mutu dari setetes air yang sangat penting ini bagi sumber kehidupan, Pemerintah , dalam konteks sebagai Negara, bertanggung- jawab penuh atas penyediaan air bersih kepada rakyatnya. Pemerintah wajib menyediakan air yang layak untuk dikonsumsi demi kelangsungan hidup. Pemerintah harus menjamin kebersihan air yang bebas dari kuman, bakteri dan virus.

Melalui blog ini, artikel ini saya tulis sebagai bentuk protes diriku kepada pemerintah, mencerminkan apa yang dialami sebagian besar rakyat kecil. Melalui blog ini, saya berbagi cerita dari pengalaman hidup saya tentang krisis air bersih, pengalaman hidup yang selalu krisis air bersih, pengalaman hidup yang jauh dari kata air bersih , air layak minum.

Semoga produk dari Unilever “ Pure It “ menjadi nafas tersendiri dalam mendukung kampanye hidup sehat dengan menghasilkan air minum yang layak dikonsumsi. Unilever bisa terus mengedukasi masyarakat Indonesia akan pentingnya kesehatan melalui konsumsi air bersih dan berkualitas. Semoga PureIt, dengan teknologi canggihnya, memberi manfaat mendalam kepada setiap orang yang menggunakan produknya, dan bisa menjangkau ke berbagai pelosok desa, sehingga setiap orang bisa menikmati apa yang dikatakan air bersih, air berkualitas dan air yang  layak dikonsumsi dimanapun berada. Sehingga masyarakat Indonesia terbebas dari krisis air, terbebas dari penjajahan “ krisis air bersih “ dan terbebas dari ancaman bahaya dari berbagai penyakit akibat konsumsi air yang tidak layak.

With Love,

---semoga semua mahluk hidup berbahagia---


Artikel ini ikut dalam lomba “ Syarat air minum yang layak dikonsumsi " yang diselenggarakan oleh Pure It – Unilever dan Blogdetik.
Share on Google Plus

About ranselahok

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar :

  1. wah itu kenapa kok tulisannya kayak kestabilo gt? apa ko husin copas dari word?

    ReplyDelete
  2. iya nih...copas dari word.. mau cepat... hihihih...

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Popular Posts