Kisah Ahok dalam Personal Branding

Jujur deh, saat ini sedang bingung, tidak tahu mau menulis apa tentang buku " Personal Branding " karya Dewi Haroen yang di launching pada tanggal 6 April 2014 lalu. Sudah beberapa kali hapus semua paragraf yang sudah ditulis, mengulang lagi, kemudian dihapus lagi. Rasanya tidak pas saja, kok ada yang kurang cocok dan mengganjal dihati.

Ikut serta sebagai tamu undangan blogger pada hari itu, tentu menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi saya. Bukan bermaksud untuk memuji dan mengangkat sang penulis, Ibu Dewi, biar bisa dipilih sebagai pemenang, tidak sama sekali. Toh, saya yakin, teman- teman lain , sudah pasti lebih dulu membuat ulasan yang keren dan bermanfaat, sedangkan saya, disini masih berkutak dengan kalimat- kalimat yang tidak jelas dan belum merujuk ke reportase yang diharapkan.

Acara yang diselenggarakan di Gramedia, Matraman, juga menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten dibidangnya masing- masing: 
  • Prof. DR. Din M. Syamsuddin ( Ketua umum MUI ) 
  • Prof. DR. Hamdi Muluk ( Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia )
  • Dwiki Darmawan ( Musisi dan Caleg 2014 )
  • Dewi Haroen ( Penulis ) 
  • Alvin Lie

Secara keseluruhan, acara launching buku " Personal Branding - Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik " yang dipandu oleh Karel Anderson selaku MC, sukses dan berjalan dengan lancar. Masing- masing narasumber memberikan pandangan yang positif dan bermanfaat , tidak hanya untuk mereka yang ingin berkarya dibidang politik, tapi juga untuk kita semua, aku, kamu, dia dan mereka, yang berkarya dibidangnya masing- masing. 

Seperti yang disampaikan oleh Prof. DR. Din M. Syamsuddin, apa yang disebut dengan personal branding adalah hal yang sangat wajar dan bersifat manusiawi sekali. Karena manusia pada dasarnya ingin diakui keberadaannya, secara sadar atau tidak, begitulah kita, sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi kedudukannya. Paling gampang adalah ketika kita dihadapkan pada satu foto bersama, yang pertama kita lihat adalah diri sendiri. Memastikan, apakah pose sudah pas belum, senyuman sudah paling menawan belum, dan sebagainya. ( boleh baca : bukti manusia itu egois )

Pendapat lain tentang Personal Branding juga disampaikan oleh Prof. DR. Hamdi Muluk. Beliau menuturkan perlu adanya usaha yang maksimal dalam mengembangkan diri, menggali potensi diri, memanfaatkan kelebihan- kelebihan yang sudah diberikan Tuhan. Yang semuanya itu adalah asli sebagai wujud pribadi dan gaya sendiri, bukan mengikuti gaya dan cara orang lain. Pada saat orang- orang bisa mendeskripsikan Anda secara detail, bisa menceritakan keunikan diri Anda, keberhasilan dan kelebihan yang Anda punya, berarti Anda sudah berhasil dalam membangun Personal Branding Anda. 

Tidak begitu saja seseorang berhasil dalam membentuk karakter dirinya dan kemudian dikenal oleh masyarakat. Siapapun dia, yang telah menjadi figur teladan, dan yang telah berhasil mem-branding dirinya sendiri, telah melewati berbagai perjuangan dan kerja keras. Personal Branding yang penting adalah menjadi diri sendiri, bukan berusaha menjadi orang lain. Demikian kata Dwiki Darmawan pada kesempatan hari itu.


Well, itulah sekilas tentang apa yang disampaikan oleh para narasumber hari itu. Kembali kepada apa yang saya tulis diatas, kenapa bisa menjadi satu kebanggaan tersendiri hadir diacara hadir itu. To be honestly, judul buku ini sangat menarik hati. Sangat dan bahkan terlalu sangat. Topik ini telah menjadi bulan- bulanan hati saya sejak dahulu kala, ketika mulai mengerti arti kehidupan dan mulai terjun kedunia sebenarnya, masuk ke masyarakat, menjadi bagian dari manusia sesungguhnya, berperang diarena sejatinya manusia berjuang dan mempertahankan hidupnya, yaitu dunia kerja. Notabene, katanya adalah dunia yang kejam, dunia yang penuh intrik, taktik dan stratregi, dunia yang penuh dengan musuh, dunia abu- abu yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Demikianlah hidup, tuturku selanjutnya.

Bicara masa lalu yang telah menjadi angan, tentang pengalaman yang telah saya lewati, dua kata " Personal Branding " telah merasuki jiwaku sejak dulu. Bahkan secara sengaja, memang dicuci otak, diberi beribu ilmu tentang bagaimana harus bisa membentuk karakter pribadi yang kuat, membangun citra diri yang mendasar dari kelebihan dan prestasi yang saya punya. Kala itu, saya menyebutnya, ilmu menjual diri. kata yang terkesan negatif tetapi sangat pas. 

Personal branding versi aku adalah Menjual Diri yaitu bagaimana kita bisa menunjukkan apa yang kita punya, apa yang menjadi kelebihan kita dibanding orang lain, apa yang hebat dari diri kita, prestasi apa yang kita miliki, kemudian adalah bagaimana kita bisa melakukannya lebih baik dibanding orang lain, lebih cepat, lebih tepat, lebih benar, lebih dan melebihi segalanya dari orang lain. Kita menunjukkan bahwa kita bisa melakukan yang terbaik dari yang paling terbaik. Menjual diri untuk segala bidang, apapun bidangmu, dimanapun bidangmu dan bagaimana kamu menjalani bidangmu. 

Menjual diri adalah adalah menunjukkan potensi yang ada pada diri kita kepada perusahaan kita, kepada atasan kita, kepada lingkungan kita, kepada komunitas, kepada masyarakat, menunjukkan kepada siapapun, bahwa kita mempunyai kualitas yang lebih, mempunyai potensi diri yang hebat, mempunyai nilai  yang tinggi. Menjual diri secara positif berdasarkan apa yang kita punya, menjual diri sesuai dengan apa yang menjadi kelebihan kita, sesuai dengan karakter sesungguhnya, sesuai dengan potensi, prestasi diri. Yang kemudian itu semua kita kemas dalam satu paket yang mempunyai nilai jual. 

Setelah itu, secara tidak sadar, kita sedang berusaha dan berjuang dalam membentuk karakter diri, sedang menyusun citra diri yang mendasar pada apa yang kita punya, mendasar pada apa menjadi prestasi, kelebihan kita. Membangun pesona diri , memberi merek pada diri melalui karakter- karakter itu. Apakah kamu itu seorang yang bermurah senyum dengan segudang prestasi, hebat dalam accounting, hebat dalam marketing, hebat dalam motivasi, jago berdebat, lemah lembut dan sebagainya. 

Sebagai contoh, perusahaan atau dimanapun itu, pasti memakai asas "right man in the right place". Disinilah kemudian fungsi " menjual diri itu bekerja ". Ketika kita telah berhasil menjual diri, berhasil membentuk karakter pribadi, maka, pada saat perusahaan sedang membutuhkan seseorang untuk satu posisi yang strategis. Dan inilah menurutku, pentingnya Personal Branding.

Bicara tentang masa kini, untuk saya, memang sedang sibuk mencari jati diti, sedang menggali potensi diri, sedang membentuk karakter pribadi, sedang mencari image dan kekuatan sendiri. Setelah melewati berbagai tantangan, ujian dan gemblengan hidup, kini saya sedang bingung, sebenarnya, apa sih yang menjadi kekuatan diri ini? Apa potensi yang paling kuat, apa yang bisa menjadi ciri khas saya?

Jangan bisa semua ilmu bela diri, tapi tak satupun jurus yang benar- benar dikuasai. Begitu juga dalam hidup ini, jangan merasa tahu dan pintar akan semua hal, tapi tak ada satupun yang benar- benar bisa diandalkan. Lebih baik cuma kuasai satu hal tapi mematikan, jangan menjadi pintar tapi harus pakar / ahli. Inilah pemikiran saya, ingin menggali satu kualitas diri dan potensi yang ada dalam diri, benar- benar diasah dan bisa diandalkan. Artinya, sedang mencari jati diri, membangun merek pribadi yang pada akhirnya bisa dikenal luas oleh orang lain.

Makanya saya bilang, buku ini sangat cocok buat saya. Dari dulu, saya selalu berusaha untuk mencari tahu, siapa aku sebenarnya? Saya harus mem-branding diri dari sudut mana? Saya harus mem-branding diri dari potensi yang mana? Selain ilmu marketing dan sales yang sedang saya jalani selama ini, saya juga sedang mencoba masuk ke bidang konsultan jasa management, dan juga mulai mencoba dunia bisnis, walau masih kecil- kecilan. Karena merasa potensi disemua bidang yang saya sebut diatas, saya mencicipi satu persatu. Tapi akhirnya membuat saya bingung sendiri. Saya ingin fokus sebagai apa ya? Saya ingin dikenal sebagai Marketer yang handal, Sales yang lihai, Businessman yang hebat, atau Konsultan ? Bingung...

Belum lagi kecintaan akan dunia menulis, ingin dikenal juga sebagai penulis yang baik. Ingin menerbitkan buku seperti Dewi Haroen. Kecintaan pada dunia travelling juga membuat aku ingin dikenal sebagai traveller sejati dengan membagi pengalaman travelling melalui buku. ( Semoga doa ini didengar sama Tuhan, amin ). Dan akhir dari semua ini, satu hal yang pasti. BINGUNG!!!! Tidak fokus..!!!

Kembali lagi ke Personal Branding, ada satu cerita menarik dari diriku. Terjun ke dunia blogger baru satu lebihlah. Hobi menulis dan membaca sudah mengalir dalam darahku sejak kecil. Masa sekolah dulu, pernah mengirimkan beberapa artikel ke majalah sekolah dan diterbitkan, menjadi salah satu sumbangsih ide akan konten majalah sekolah itu. Sejak kopdar blogger pertama hingga saat ini, saya dipanggil dengan AHOK, Iya Ahok, Anda tidak salah lagi, Wagub Jakarta saat ini. Saya tidak tahu, atas dasar apa, panggilan itu ditujukan kepada saya, secara fisik, saya merasa tidak ada kemiripan, mungkin sama- sama pakai kacamata terus mungkin juga, saya yang bermata sipit dan putih diantara teman- teman blogger lainnya.

Nickname itu kemudian melekat, bahkan dibawa kemana- mana. Setiap kali ada undangan , ada kopdar, selalu dipanggil Ahok dan saya selalu memperkenalkan diri dengan nama Ahok. Tidak jarang, mereka sering meminta saya menyampaikan pidato seolah Wagub sedang menghadiri acara tersebut ( Dalam kondisi bercanda ). Bahkan ada teman blogger yang keseringan panggil saya Ahok, lupa nama asli saya. Untuk akun twitter saja, setelah akun yang lama dihacked, saya kini memakai akun @ahook_ ( Silahkan di-follow ya, kita jadi teman dan saling berbagi ilmu dan informasi ). Oh ya, demikianlah, nama itu, kemudian membuatku betah dengannya. Apakah ini bisa dikategorikan dalam Personal Branding? Kalau iya, apakah sudah berhasil personal branding ini , walaupun bukan saya yang mem-branding diri saya sendiri, melainkan orang lain yang membranding. Tambah BINGUNG!!!


Hari itu, saya langsung membeli buku " Personal Branding " , penasaran dengan kontennya? Apasih isinya? Apasih yang ditulis sama Ibu Dewi? Berharap dengan buku ini, bisa memberikan pencerahan, membuka mata hati, membuka pikiran, menambah ilimu dan pastinya memberi jawaban akan apa yang saya cari selama ini. Dan jujur, hingga hari ini, saya belum kelar membaca buku tersebut, bab 1 saja belum selesai. Bacanya juga cicil, per halaman setiap kesempatan sedang memanaskan kendaraan d ipagi hari.Tapi saya merasakannya, saya dapat menikmati makna dan maksud yang ditulis Ibu Dewi walau saya belum membaca habis buku itu. Merasa menyatu dengan buku itu. Beberapa halaman didepan, seolah sudah bisa mengantarkan aku sampai pada penghujung buku itu.

Demikianlah seperti yang ditulis Ibu Dewi, bagaimana seorang Jokowi yang elektabilitasnya bisa jauh melampui tokoh politik lainnya yang sudah puluhan tahun berkecimpung didunia politik ? Syahrini dengan cetar membahana dan jambul khatulistiwanya, Deddy Corbuzier yang berhasil menarik perhatian publik tentang tips diet OCD-nya.

Siapa sih tidak kenal Obama, presiden Amerika pertama kulit hitam, yang berhasil menjadi bintang dunia, melalui perjuangannya yang luar biasa menentang rasisme dinegaranya. Kemudian beliau diberi penghargaan Grammy pada 2006 untuk rekaman kata- kata terbaik yang diucapkannya. Itu adalah buku versi audionya  " Dreams From My Father " dan menginspirasi para pemimpin dunia dalam hal berorasi dan merangkai kata- kata pidato yang baik.

Nama besar lainnya didunia ini seperti David Beckham, Nelson Mandela, Aung San Suu Kyi, Leonardo Dicaprio dan masih banyak lagi contoh- contoh yang ada. Mereka tentu, bukan langsung dan instan begitu saja dikenal seantaro dunia. Mereka semua, pasti melalui satu proses, mereka pasti berjuang dan telah bekerja keras dibidangnya masing- masing. Melalui prestasi yang ada, melalui kelebihan- kelebihan yang ada didalam diri, melalui proses alam dan sebagainya, hingga akhirnya terbentuk karakter diri yang kuat, citra diri dan dikenal secara luas. Mereka semua telah menjual dirinya dan tercipta personal brand didiri masing- masing.

" Personal Brand adalah image yang kuat dan jelas yang ada dibenak klien Anda - Montoya "

Bagaimana satu botol air mineral entah mereknya apa, pasti selalu disebut Aqua, mau mereknya apapun juga motor, selalu identik dengan Honda. Betapa hebatnya brand tersebut, betapa kuatnya image brand itu ada dibenak kita semua.

Yang pada satu kesimpulan bahwa, kita, siapapun kita, bahwa hidup ini cuma satu kali, kamu harus berjuang sendiri untuk hidupmu, raihlah cita- cita dan impianmu, buatlah asa itu menjadi kenyataan, bahwa, mau seperti apa kehidupanmu ada ditangan kamu. Bahwa, perlu dan pentingnya personal branding dalam menunjang kehidupan kita baik secara pribadi maupun perusahaan, komunitas dan lingkungan.

Tentu dalam membentuk personal branding yang kuat , kita tidak bisa serta merta begitu saja membangun citra diri, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti :

  • Kekhasan. Bahwa ini bisa direpresentasikan sebagai kualitas pribadi, tampilan fisik atau keahlian. Kita harus berbeda dengan orang lain. Contoh Ir Soekarno, selalu tampil dengan suara menggelegar, membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia.
  • Relevansi. Bahwa ini menjelaskan sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat dan punya relevansi dengan karakter orangnya. Contoh, Ruhut Sitompul , politisi Demokrat yang lantang dengan background pengacara yang selama ini dikenal sebagai ahli hukum.
  • Konsistensi. Bahwa personal branding yang kuat itu merupakan buah dari upaya branding yang konsisten yang terus menerus. Contoh politisi dari partai Islam dan giat dalam kegiatan dakwah serta pemberdayaan umat Islam, tidaklah perlu dia mem-branding diri sebagai ahli perbankan atau ahli hukum.

Saya ingin menutup artikel ini dengan mengutip salah satu kalimat yang ada didalam buku Ibu Dewi   :          
                       " Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan "

Semoga ulasan ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang membaca ini, terlebih lagi adalah sebenarnya ditujukan kepada diri saya sendiri. Kepada Ibu Dewi, saya berterima kasih atas buku yang inspiratif ini, pasti, saya akan segera menyelesaikan buku ini. Ya, siapa tahu, Ibu Dewi mempunyai waktu luang, dan saya diperkenankan untuk bertemu Beliau untuk membahas tentang Personal Branding ini lebih dalam.

**Artikel ini ikut serta dalam lomba reportase launching buku Personal Branding.

With Love,

---semoga semua mahluk hidup berbahagia---







Share on Google Plus

About ranselahok

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar :

Powered by Blogger.

Popular Posts