Cukup Setengah Hari Jalan- Jalan Di Viantiane,Laos

Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Tiket Airasia yang aku beli tahun lalu ke Laos dan Vietnam, eh.. sekarang, aku sudah pulang dari sana. Seminggu melintasi kota dari Laos dan Vietnam, mengisahkan kenangan tersendiri dari serangkaian cerita perjalananku selama ini. Mengambil pesawat terakhir dari Jakarta - KL adalah kebiasaanku untuk menghemat waktu dan biaya tambahan jika sampai harus menginap selama di KL. 

Tiba di KL sudah jam 11 malam, untuk menyambung penerbangan selanjutnya besok pagi ke Viantine, Laos, seperti biasa, aku tidur di BK, menurutku, dari semua corner yang ada di bandara KLIA2, BK menjadi spot yang paling ideal, gratis, free wifi dan ada sofanya. Baca saja disini : Tempat Inap di Bandara KLIA2. 
Main road di Viantine
Menempuh perjalanan 2 jam 20 menit, pesawat Airasia pagi itu mendarat sempurna di Bandara Wattaya International Airport, yang menjadi gerbang utama masuk ke Laos yang terletak di Ibukotanya, Viantine. Laos lebih cepat 1 jam dibanding Indonesia ( WIB ). Akhirnya aku tiba di inti kota Viantine setelah jalan kaki sekitar 10 menit dari bandara menuju ke jalan raya untuk bisa naik angkutan umum bersama 2 travelers asal Jakarta yang ternyata 1 pesawat sejak dari Jakarta. Bayar 10.000 Kip per orang ( 1 Kip = Rp 1.7 ,- ). 
Informasi buat kamu yang membutuhkannya.
Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari tiket untuk perjalanan selanjutnya. Mereka dapat tiket bus jam 1.30 pm ke Van Vieng, aku sendiri ambil tiket jam 8.30 pm ke Luang Prabang. Memang, Viantine tidak banyak menawarkan tempat wisata yang bisa dikunjungi. Review - review menyarankan, cukup daily trip saja kecuali kamu berniat lebih lama disana. Kami beli tiket di Lucky Backpacker, boleh numpang mandi dan rehat di lobby. Tiket ke Luang Prabang 180.000 Kip.( Pengalaman perjalanan ke Luang Prabang dengan menggunakan sleeping bus, aku akan buat postingannya secara terpisah).

Hal kedua setelah tiket sudah ditangan, aku sewa sepeda untuk keliling Viantine. Banyak tempat penyewaan sepeda maupun motor, baik di hostel maupun di travel agent. Aku sewa di Lucky Backpacker dengan harga 10.000 Kip per hari. Selanjutnya, makan siang. Untuk urusan menu makan siang, mungkin bagi teman- teman Muslim, supaya lebih hati- hati, karena kebanyakan tempat menawarkan menu non halal. Sekali makan rata- rata 15.000 Kip. Lumayan mahal ya. Nasi campur (siang) dan nasi goreng (malam) yang aku makan, aku harus bayar Rp 25.500- per piring ( dirupiahkan ). Sedangkan air mineral, satu botol ukuran 1,5 L itu harganya 6000 Kip. 

Viantine, siang itu sangat panas. Mataharinya terik sekali dan berhasil membakar kulitku menjadi eksotis hingga saat ini. Kehidupan di Viantine santai, kendaraannya tidak banyak, praktis tidak macet, udara yang cukup bersih dan masih ada angin segar yang menerpa kulit ditengah panasnya matahari. Viantine itu santai banget. Aku sih bilangnya begitu. Kehidupannya pelan. Buat kamu yang suka dengan modernisasi, kemewahan dan canggihnya teknologi, Laos, kurang cocok buat kamu. Wisata sejarah menjadi bagian dari daya tarik yang mereka tawarkan. Hampir sama dengan apa yang ditawarkan oleh Myanmar, Kamboja dan Thailand, di Viantine dan Luang Prabang, banyak sekali dijumpai temple atau wat, semacam rumah ibadah. Sebenarnya, menurutku tidak ada salahnya, masukkan Laos sebagai destinasi yang ingin kamu kunjungi. Laos, indah kok, nyaman dan aman. Terlebih lagi, di Luang Prabang, sejuk dan berasa sekali, ketenangannya. Tidak berisik, tidak hiruk pikuk, tidak berdesakan. 

Sebagai bekas jajahan Perancis, otomatis, di Laos, banyak sekali dijumpai bangunan yang bergaya Perancis, banyak wisatawan asal Perancis, bahkan, orang Perancis banyak yang menetap disini. Dari teman Couchsurfing yang aku temui saat di Luang Prabang, dia kasih tahu, disekolah, untuk bahasa asing, mereka boleh memilih bahasa Inggris atau bahasa Perancis. Cenderung, mereka pilih bahasa Inggris, karena dianggap sebagai bahasa International. 

Viantine, tidak ada gedung pencakar langit yang berarti. Sebagai ibukota sebuah negara, Viantine, bagiku, hanya seperti sebuah kota kecil yang jauh dari kota besar. Makanya, hanya dibutuhkan waktu setengah hari saja, Viantine sudah bisa dikuasai. 

Dengan menggowes sepeda, aku mulai dari hostel menuju Patuxay Monument. Melewati beberapa jalan raya yang tidak padat, Sembari gowes, sembari mengenang kota kelahiranku, Medan. Tidak jauh berbeda. Hanya saja, tidak ada lubang- lubang, jalanan mulus, tidak macet dan tidak berdebu, mereka juga taat pada rambu lalu lintas.

Dan ini adalah beberapa tempat wisata yang bisa kamu datangi dengan schedule daily trip only :

1. Patuxay Monument.

Monumen yang dibangun untuk memperingati mereka yang berjuang keras demi mendapatkan kemerdekaan dari jajahan Perancis. Monumen ini dibangun 1957 - 1968 dan terletak dipusat kota Viantine, Laos. Menurut catatan sejarah yang tertera dimonumen, dikatakan kalau monumen ini tidak kelar dikerjakan akibat gejolak politik waktu itu.
Gowes sampai Patuxay Monument
Melihat sekitaran monumen ini gratis. Sekeliling Patuxay ditata dengan rapi dan dipenuhi pepohonan yang menjadikan monumen ini seperti sebuah taman yang asri dan nyaman. Warga lokal memanfaatkan taman ini untuk bersantai.

Jika kamu tertarik melihat keseluruhan Viantine, kamu bisa naik ke atas Patuxay ini, tapi bayar. Sekitar 35.000 Kip ( kalau  tidak salah ya , hehehe... ). Aku tidak naik. Kesannya hanya seperti berdiri diatas benteng dan melihat pemandangan yang ada. Bagiku, tidak ada specialnya, kecuali gratis ya.

Tidak perlu waktu lama berada disini. Kamu yang hanya punya niat foto sebagai bukti sudah sampai di Viantine, mungkin 5 - 10 menit saja cukup. Aku menikmatinya lebih lama. Duduk dan melepas capek setelah gowes dari hostel kesini. Sekalian meneduh dari panasnya matahari.

2. Pha That Luang.


Komplek Pha That Luang ini lumayan luas. Buatku yang solo backpacker tanpa tour guide yang bisa memberikan penjelasan apapun, aku jadinya tidak paham, sebenarnya, bangunan mana yang dinamakan sebagai Pha That Luang atau keseluruhannya inilah yang disebut sebagai Pha That Luang.

Semuanya berhubungan dengan keagamaan, yaitu Buddhism. Dari 3 bangunan utamanya yang terpisah satu sama lain, aku hanya masuk satu saja. Uniknya, ada sepasang pengantin sedang foto prewedding disana. Setelah berdoa sebentar, aku segera menyelesaikan kunjunganku.

Bangunan kedua, kesannya ditutup. Aku tidak masuk. Tapi pagodanya dicat warna kekuningan. Hanya melintasi sekilas saja. Kemudian bangunan lainnya, ada Sleeping Buddha. Aku tidak mendapatkan informasi apapun yang bisa membantu aku tentang Pha That Luang ini. Kesimpulannya, datang kesini hanya untuk foto- foto dan melihat saja. Bagian luarnya, tepat dibelakang Sleeping Buddha, ada market yang menjual segala souvenir. Mungkin, kamu membutuhkannya sebagai oleh- oleh. Masuk ke Phat That Luang, gratis.

3. Sisaket Museum.

Museum ini lebih dekat ke pusat keramaian. Seberang jalan dengan Presidential Palace. Museum ini berisi patung- patung Buddha dengan jumlah yang sangat banyak. Inti bangunannya, terdapat patung Buddha untuk berdoa. Sekeliling dinding terdapat lukisan dinding yang sangat terkenal dan berisi arti.
Diceritakan bahwa Sisaket Museum ini dibangun pada tahun 1818 dibawah kekuasaan Raja Anouvong. 10 tahun kemudian, setelah museum ini selesai dibangun, masuklah orang asing dan menghancurkannya. Perang kemudian berakhir, rakyat Laos bergotong- royong melakukan pemulihan dan perbaikan museum ini dengan gaya arsitektur yang sama pada tahun 1935.

Museum ini berbayar. Tidak banyak hal yang bisa kamu dapatkan disini. Berdoa dan melihat sisa patung Buddha dari jaman dahulu, menjadi point utama kamu berada disini.

Diseberang jalan Sisaket Museum ini terdapat sebuah Ho Pra Keo, tapi waktu itu dalam renovasi. Mungkin semacam museum juga. Ada beberapa lagi yang bisa kamu lihat, kebanyakan sih patung- patung pahlawan yang berdiri disudut - sudut kota. Aku memilih untuk melewatkannya saja.
Menurut informasi, That atau Stupa ini, dulunya ditempelin emas asli. Sekarang tinggal batunya saja, karena diambil sama penduduk lokal. Kebenaran informasi ini perlu dipertanyakan lagi.
Berkeliling kota sambil gowes sepeda santai disore membuat trip aku di Viantine lebih berkesan. Melihat sisi lain dari sebuah kota menjadi favoritku disetiap trip yang aku jalani. Masuk ke jalan - jalan kecil dan melihat dari dekat kehidupan yang ada. Sepanjang yang aku lewati, aku hanya bertemu dengan 1 shopping mall saja. Itupun dalam ukuran sederhana,

Aku mengakhiri sore itu dengan mengunjungi Sungai Mekong yang melegenda itu. Kecewa, sudah pasti. Tidak tahu apa yang harus aku nikmati sore itu. Yang ada, sampah dimana- mana, orang- orang sibuk membongkar panggung dan kios jualannya masing- masing. Usut punya usut, sehari sebelumnya, mereka baru mengakhiri pesta tahunan. Pantas, sampah berserakan. Tapi, tetap, aku tidak mendapatkan feel sedikitpun dari Sungai Mekong ini. Hahahahaa...

Segera kembali ke hostel, istirahat sebentar, mandi dan cari makan. Jam 6.30 sore, aku dijemput dihostel dan dibawa ke terminal bus untuk ganti sleeping bus berpindah ke kota selanjutnya, Luang Prabang, yang menjadi World Heritage City dari UNESCO.

Oh ya, di Viantine, setelah berpisah dari 2 travelers asal Jakarta, aku kemudian bertemu seorang backpacker asal Penang, Malaysia ketika kami sama- sama jalan kaki menuju Sungai Mekong. Namanya Lao. Singkat cerita, kami punya tujuan yang sama, Luang Prabang dengan sleeping bus. Ternyata, saat dijemput, kami baru sadar, kami menggunakan bus yang sama juga menuju Luang Prabang, beserta seorang backpacker asal Jepang, Kohei. Bertiga, bersama backpackers bule lainnya, kami, malam itu, tepat jam 8.30 pm, bus berangkat dan menempuh perjalanan selama 12 jam untuk tiba di Luang Prabang.
Aku, Lao dan Kohei
With Love,

@ranselahok

---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
























Share on Google Plus

About ranselahok

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

4 komentar :

  1. Keren backpakeran ampe Laos..
    Laos objeknya banyakan museum gitu yak,
    kalau ngliat fotonya nggak beda jauh suasananya sama Indonesia.

    ReplyDelete
  2. Gw ngebayangin panas dan berdebu macam gw kesana kapan lalu #lelah&Flu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku kok beda ya, panas sih iya, tadi kalok berdebu keknya tidak ya pas aku kesana.. hahaha

      Delete

Powered by Blogger.

Popular Posts