Orang Myanmar dan Kehidupan Sosialnya.

23 - 26 Oktober 2014

Enaknya traveling selain melepas sejenak kepenatan rutinitas, kita bisa melihat kehidupan orang lain, dan tentu, sudah pasti menambah wawasan. Begitu juga dengan trip aku ke Yangon. Salah satu yang aku dapatkan adalah istri. #maunya sih, tapi tidak orang Myanmar juga kali...

Rasa syukur terdalam, karena aku dilahirkan di Indonesia, terlebih lagi, dikeluarga sederhana, orangtua yang cinta dan sayang padaku. Pasti. Bukan mau sok tanding- tandingan lebay ya, tapi ini benaran. Pulang dari sana, mendapatkan pengalaman berbeda ketika bertandang ke Singapore, Hongkong, Malaysia dan Thailand sekalipun. Kecuali, tripnya kamu ke negara - negara hebat itu , melakukan blusukan ( pinjam pakai deh kata ini, semoga tidak diminta bayar royalti ya.. ). Baru tahu kehidupan sesungguhnya kehidupan lokal yang berada didalam kungkungan kecanggihan negara itu.

Aku punya alasan, kenapa aku cinta padamu. Padahal menurut Nada di film "Mantan Terindah", jatuh cinta itu tidak butuh alasan. Kalau begitu lupakan saja alasan itu. Yang ada, ini alasan aku kenapa bisa merasa beruntung kita dilahirkan di Indonesia. 

1. Moda transportasi. 

Sejauh mata aku memandang 4 hari disana, aku belum melihat satu orang pun perempuan berparas aduhai. #gagalfokus. 

Benar, belum tertangkap basah olehku, kalau mereka kemana - mana pakai motor. Sebagian jalan kaki ditambah payung ditangan masing- masing, mereka lebih banyak menggunakan bus umum, terbuka dan harusnya panas. Penumpangnya juga banyak.


Kita disini, Indonesia ? Dengan gopek saja, motor sudah bisa didepan pintu rumah. Ngapain tuh motor, parkir doank ? Hehehe.. Kita disini, motor jenis apapun ada, murah sampai muahaal selangit juga ada. Kadang sampai mikir, ini motor , buat belinya aja, pakai gaji berapa bulan ya? Tidak perlu tunggu datangya bulan ya. 

Jangan harap deh ada mobil sport berkeliaran sana- sini. Ukuran mobil bagus sekelas alphard saja belum ada aku lihat. Atau mobil Xenia deh, belum kelihatan juga.

Kereta api menjadi pilihan lain bagi orang luar kota yang ingin datang atau bekerja di Yangon. Berbanggalah kita punya Gambir yang keren, tidak terlalu panas, toilet yang "bersih", ada banyak jajanan. Sana? Tidak ada. Stasiun kereta terbuka, seperti stasiun lama yang sudah tidak dipakai. 

Aku sempat main ke stasiun kereta, dan berencana untuk naik kereta keliling Yangon. Memang ada trayek khusus turis kok. Bayarannya 300 Kyatts / orang selama 2 jam duduk manis di kereta. Tiket sudah ditangan, kaki dan pantatpun sudah lengket dikursi kereta. Satu hal dan lainnya, batal demi hukum. Tidak jadi ikur touring itu. Baca saja keterbatasan waktu. 

Lah, kalau turis kemana- mana pakai apa? 

Pilih saja salah satu. Jalan kaki atau naik bus. Taxi tidak ada? Ada.


Taxi di Yangon, tidak pakai argo, selama yang aku tumpangi ya. Jadi sebelum kamu masuk kedalam, kasih tahu alamat dulu ke bang supir, kalau tidak, masak sampai tujuan dulu baru kamu kasih tahu alamat, puyeng kan? 

Yakin bang supir tahu alamatnya, biar afdol, ada baiknya, tunjukkan peta, biar tidak jalan- jalan percuma. Kamu harus nego. Kisarannya sekitar 2- 3 US Dollar sekali jalan, atau 2000 - 3000 Kyatts. Karena capek, jalan kaki atau kegiatan lainnya, masuk ke taxi, minta dinyalain AC saja, dan minta jendela ditutup. Suka pura- pura lupa.

Kadang dapat taxi yang lumayan lah, kadang juga yang tidak bagus. Ya kayak hidup ini, kadang diatas, kadang dibawah. 

Sepeda menjadi pilihan transportasi juga bagi orang lokal. Sepedanya, sama, bukan sepeda masa kini. Sepertinya tuh sepeda, model aku masih kecil dulu. 

Kamu juga bisa kunjungi travel agen, biar gampang.  

2. Tempat tinggal dan sekitarnya.

Barisan bangunan tinggi bertingkat - tingkat itu adalah tempat tinggal mereka. Bukan satu gedung itu punya satu orang. Tiap tingkat, ditempati keluarga berbeda. Akses naiknya gimana? Pernah dong nonton film Hongkong atau Singapore, yang settingnya di apartemen, ya tangga naik ke atasnya hampir sama, ada juga yang beda. Langsung tancap menanjak naik keatas. Tidak ada keamanan. Terbuka begitu saja.


Tiang dengan kabelnya menjuntai begitu saja, menghubungkan satu tiang ke tiang lainnya. Galian parit dengan bongkaran batunya juga sama. Bedanya,  mereka lebih rapi dan tidak berserakan. 

Suhu udara cukup panas. Pas berada disana, kabarnya sudah diakhir musim penghujan dan mau masuk ke musim panas. Bawaannya ya hujan. Hari pertama disana, seharian disambut hujan, reda, hujan lagi, reda lagi.


Jalan kaki menjadi alternatif tepat jika ingin melihat kehidupan orang lokal. Melewati jalanan kaki lima, trotoar, melewati berbagai toko dan pedagang kaki lima. Tukang sol sepatu, tukang jahit, jualan dvd, tukang sayuran, buah- buahan.

3. Orang Yangon dan kehidupan sosialnya.

Mungkin, genre laki-laki lebih banyak. Asumsi ini aku simpulkan, karena kalau ditempat makan atau yang kerja ditempat umum, kebanyakan laki- laki. Sebagian dari mereka, masih belia, umurnya masih muda, dibawah 15 tahun. Karena ini juga, aku pikir, kehidupan mereka sudah tentu dibelakang negeri tercinta kita ini. Secara pembangungan dan infrastruktur jauh diatas segalanya, walaupun kita masih ketinggalan dibanding tetangga dekat. 

Ironisnya, mata uang Kyatt masih diatas mata uang Rupiah. Gimana bisa? Aku tidak terima.. #Bantingpintu. #Keterlaluan.

1 Kyatt = Rp 12.5 - 

Baik laki- laki atau perempuan, mereka sudah terbiasa memakai cream Tanakha, yang diolesi dipipi kiri kanan, sepanjang hari, beraktifitas dan bekerja dengan muka seperti itu. Creamnya berfungsi untuk melindungi wajah dari sinaran matahari dan membuat kulit lebih lembut. #Katanya sih gitu.


Aku juga coba, cuma sehari saja dan tidak ada perubahan berarti. Ya iyalah, orang yang sudah bertahun saja pakai cream itu, masih saja tidak ada yang spesial, menurutku ya. Hehehe... 

Ada baiknya kehidupan kita seperti mereka, kembali ke jaman dulu, bukan tidak bisa move on ya, tapi berasa jauh lebih santai dan lebih merasakan sebuah kehidupan. Kenapa? 

Mereka jauh dari kata sosial media. Titik. Sudah paham kan anak- anak apa artinya ? 

Biar aku tambahin sedikit deh, aku yakin kamu sudah mengerti sangat tentang kalimat aku barusan. Tak apa. Kepo sedikit.

Belum pernah melihat orang Yangon sibuk pegang gadget / smartphone mereka disaat makan, kumpul dan sejenisnya. Eittss, jangan salah, merek beken dari Korsel beredar disana loh. Dan menjadi favorit. 

Tidak ada iklan atau sejenisnya, tentang Facebook, Twitter, Instagram, Path dan sepupu-sepupunya yang lain. Apakah dilarang pemerintah? Aksesnya ditutup? Kemaren tante Aung San Suu Kyi belum kasih jawaban, pas makan malam terakhir kami membahas isu Syahrini terkait sensasinya. 

Bisa juga, biaya untuk paket internetan termasuk mahal, jauh lebih baik mereka pakai untuk kebutuhan yang lebih memerlukan. 

Bukankah hidup dengan cara begitu jauh lebih indah? Bertemu orang, bertatap muka, bertemu kangen, kumpul bareng, nongkrong dan sebagainya, benar- benar memanfaatkan waktu dan menghargai satu sama lain.


Tidak saling cuek, tidak saling sibuk dengan urusan masing- masing didunia maya dengan gadget / smartphone masing- masing. Setuju tidak ? Tanya dan pegang hati masing- masing yukkss..

Sirih menjadi cemilan mereka dalam keseharian. Sirih ..  iya sirih. Mereka biasa mengunyah sirih dimana saja, termasuk di airport dan tempat umum lainnya. Aku ingat, waktu kecil dulu, sering melihat inang- inang dikampung aku mengunyah sirih itu. 

Saat dunia dihebohkan dengan KPOP dan style fashionnya. Yangon, anteng- anteng saja. Tidak ada tanda - tanda sama sekali kalau mereka kena demam KPOP. Beberapa lagu hits barat terdengar di deretan keramaian, khususnya di bioskop. Seperti Indonesia, para penjajah dvd film dan lagu berbaris dijalanan. Original? Aku rasa tidak. 

Suatu siang, di mobil sewaan dihari terakhir, tiba- tiba terdengar lagu " Korea Selatan " soundtrack Endless Love - versinya bahasa Myanmar. Serempak tanpa komando, kami berteriak, meneriaki kata " Korea ". Hebatnya, satu album yang sedang diputari, beberapa lagu hits dunia terdengar tapi dalam saduran bahasa lokal mereka, dengan video klip yang sederhana.

Gaya anak muda disana standart saja disemua lini. Gaya hidup dan fashion, kita lebih keren. #bangga dong. 

Masih pakai sarung " Longyi " dalam keseharian mereka. Menjadi kebanggan tersendiri bagi mereka. Segala aktivitas, ke kantor, sebagai supir, kerja ditempat umum, bahkan tukang bangunan juga pakai sarung.  Baju ? Kemeja garis- garis biasa, atau umumnya kemeja yang sering dipakai kalangan bapak- bapak disini, baca Indonesia. 

Pada intinya, aku bilang, Indonesia sudah pasti jauh lebih maju dibanding Myanmar. Tidak perlu ditanya lagi. Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi, jadi tidak bisa disama-ratakan untuk semua orang. 


Mau tahu bagaimana serunya nonton bareng orang Yangon , klik disini. 


With Love,

@ranselahok







Share on Google Plus

About ranselahok

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

22 komentar :

  1. Kita lebih maju tapi nilai mata uang kita lebih rendah juga dari mereka, Mr. Ahok. Agak gimana perasaan kita gitu ya....:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih Evi.. gak tau gimana cara menghitungnya... perasaanya ya.. saktinya disini... #dimana? hee..

      Delete
  2. Semoga saya bisa ngetrip ke yangon juga... amin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kamu pasti bisa Adi.. intai tuh pesawat sejuta umat.. sering kasih promo.. lagian ada flight langsung Jakarta ke Yangon, pasti lebih hemat...

      amin..

      Delete
  3. Indonesia tidak boleh kalah dari Myanmar! Bener katamu, Indonesia mestinya bisa mengungguli Myanmar, setidaknya biar 1 rupiah = 12,5 kyatt!

    ReplyDelete
    Replies
    1. yuppss.. Indonesia harus lebih okey donk... salam...

      Delete
  4. koh ahok jalan - jalan mulu, sekali - kali ajak aku plisssss

    ReplyDelete
  5. dilihat dari foto2nya terlihat masih rapi dan bersih. mungkin seperti Jakarta thn 70an

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin... masih original bro... terima kasih sudah berkunjung...

      Delete
  6. Nggak apa lah nilai mata uang mereka di atas kita, bedanya cuma dikit. Yang penting fasilitas di Indonesia lebih baik dari yg nilai mata uangnya di atas kita itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang sih, tapi jangan sampai mereka berkembang , seperti dulu China yang masih jauh terbelakang dibanding Indonesia. Sekarang malah memimpin dunia.

      Hee.hee... Jangan anggap enteng dan baiknya berbenah sini..

      terima kasih sudah berkunjung...

      Delete
    2. Tulisan bagus...mengalir...enak dinikmati...lanjut mas brow...salam

      Delete
    3. Tulisan bagus...mengalir...enak dinikmati....lanjut mas brow...salam

      Delete
  7. dan sepakbolanya Indonesia taun ini kalah dengan Myanmar :D

    ReplyDelete
  8. Replies
    1. maunya sih ses... tapi kagak ada yang mau ama aku...padahal uda promo loh..

      Delete
  9. Kita seharusnya masih bersyukur bila dibandingkan dengan Myanmar. Tapi TKI kita juga banyak, jadi seharusnya pemerintah memikirkan hal ini supaya mereka bekerja tidak hanya jadi pembantu saja, namun juga tenaga profesional.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Popular Posts